Gambar Sampul Bahasa Indonesia · q_Bab 17 Nonton Drama
Bahasa Indonesia · q_Bab 17 Nonton Drama
Sunardi

24/08/2021 11:54:20

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Nonton Drama

205

Melalui tayangan televisi kita selalu disuguhi hiburan yang berbasis drama

seperti sinetron, sinekuis, telenovela, drama, film, wayang, ketoprak, dan lawak.

Bentuk-bentuk hiburan ini merupkan indikator bahwa pertunjukan yang berbasis

drama digemari masyarakat. Oleh karena itu, pada pelajaran ini Anda tidak hanya

belajar menganalisis pementasan drama, tetapi juga belajar menulis, dan

mementaskan drama. Selain itu, Anda belajar mendeskripsikan relevansi hikayat

dengan kehidupan masa kini.

Pelajaran 17

Nonton Drama

Kemampuan Bersastra

Sumber:

blogger. com; sangkanparan.files.wordpress.com

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

206

A. Mendengarkan

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menganalisis kesesuaian penokohan,

dialog, dan latar dalam pementasan drama

Menganalisis Kesesuaian Penokohan, Dialog, dan Latar dalam Pementasan Drama

Nonton pertunjukan drama pada hakikatnya nonton pemain berperan menjadi orang lain.

Ketika memerankan tokoh dokter, misalnya, ia harus berusaha menjadi ‘dokter’. Begitu pula

saat memerankan tokoh pasien, ia harus meninggalkan dirinya sendiri dan berusaha menjadi

‘pasien’. Apabila memerankan tokoh yang sabar, ucapan dan aktingnya harus menggambarkan

kesabaran. Pemain yang menjiwai dan menghayati tokoh yang diperankan biasanya bisa

melakukannya dengan baik.

Uji Kompetensi 17.1

1. Tontonlah sebuah drama atau sinetron di layar TV secara berkelompok! Catat stasiun TV

yang menayangkannya, hari, tanggal, jam tayang, tokoh-tokohnya, dan ringkasan ceritanya.

2

. Analisislah tentang dialog dan akting pemain sesuai dengan jiwa dan watak tokoh yang

diperankannya atau tidak. Laporkan hasil analisis Anda tersebut secara tertulis!

B. Berbicara

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat memerankan tokoh drama atau penggalan

drama.

Mementaskan drama

Mementaskan drama kini sudah tidak asing lagi. Hampir tiap sekolah pernah

melakukannya. Anda tertarik? Syaratnya mudah. Di antaranya harus ada naskah, pemain,

sutradara, penonton, dan kemauan.

Tanpa sutradara pementasan drama tidak akan berhasil. Memilih naskah, memilih pemain,

bekerja dalam tim, dan melatih pemain menjadi tanggung jawab sutradara.

Sebelum p

entas, semua pemain, sutradara, dan kru harus melakukan (1) latihan

dialog

,

(2) latihan akting dan

blocking

, dan (3) latihan

properti

secara intensif, kreatif, efektif secara

teratur, dengan kesungguhan dan kemauan dalam suasana penuh kegembiraan.

Nonton Drama

207

Uji Kompetensi 17.2

Bagilah kelas Anda menjadi beberapa kelompok. Tugas kelompok adalah mementaskan naskah

berikut! Tentukan sutradara, pemain, kru, dan apa saja yang harus disiapkan! Selama pentas,

Anda juga bertindak sebagai penonton, memerhatikan pementasannya.

Operasi Sukses

Empat orang masuk arena pertunjukan. Satu orang anak yang sakit di atas tempat

tidur digotong oleh dua orang. Satu orang lagi sebagai ibunya.

0

1 Otong

: (

Mengerang

) “Aduh ... hemmmm ... hemmmm ....”

02 Bapak

: “S

udah! Sudah! Turunkan di sini!” (

Tempat tidur diturunkan

)

03 Otong

: “Aduh ... hemmmm ... hemmmm .... Minum .... Minum ....”

04 Ibu

: (

Mondar-mandir

)

05 Bapak

: “

Cepat, Bu!”

06 Ibu

: “Eh ... air. O, ya, air. (

Keluar kemudian kembali bawa ember

). Otong,

ini ibu bawakan.”

07 Bapak

: “Ya, am

puuuuun ... Bu, apa tak ada gelas to, Buuuu?”

08 Ibu

: “Biar puas.“

09 Otong

: (

Bersin

) “Haaaacih” (

Menolak air minum

)

10 Ibu

: “Mengapa Tong, mengapa? Minumlah biar sembuh.”

11 Bapak

: “Ini air

apa, Bu? Kok, baunya ...?”

12 Ibu

: “Ya ampun .... Ini air pispot.” (

Keluar membawa ember

)

13 Ucin

: “Pak, bagaimana kalau kita panggil dokter saja?”

14 Bapak

: “Ya, ya

... cepat, lari. Katakan, penyakitnya gawat.”

15 Ucin

: (

keluar

) “Baik.”

16 Otong

: “Aduh ... hemmmm ... hemmmm ....”

17 Ibu

: (

Masuk membawa segelas air

) “Ai, Ucin ke mana, Pak?”

18 Bapak

: “P

anggil dokter, Bu.”

19 Ibu

: “Dokter? Untuk apa dokter?”

20 Bapak

: “Untuk

apa? Untuk apa? Ngobati Otong! Nah, itu datang.”

21 Ibu

: “Pak Dokter! Cepat! Mengkhawatirkan. Sembuhkan Pak! Tolong!”

22 Dokter

: “Ya, ya, Saya periksa dulu. (

Memeriksa pasien

) Wah... bahaya!”

23 Ibu

: “Berbahaya? Aduh, aduh! Otoooooong!”

24 Bapak

: “Bu,

jangan ribut! Tunggu bagaimana dokter!”

25 Dokter

: “Sabar, Bu! Mudah-mudahan anak Ibu tertolong.”

26 Bapak

: “Bagaimana, Dokter?”

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

208

27 Dokter

: “Berbahaya. Mesti dioperasi. Ia kena kencing batu.”

28 Ibu

: “Kencing batu? Batu apa dokter, batu kali atau batu ...?”

29 Dokter

: (

Mengeluarkan

a

lat operasi

).

30 Ibu

: “Aduh, aduh! Ada gergaji, gunting, palu, dan ... untuk apa, Dokter?”

31 Dokter

: “Parang untuk membelah kulit. Gunting untuk memotong urat. Gergaji

untuk memotong batu. Kalau batunya besar, dipukul pakai palu. Tolong,

pegang satu-satu! Kalau saya minta, segera berikan. Awas, operasi

akan segera dimulai. Parang!”

32 Bapak

: (

Memberikan parang pada dokter

)

33 Dokter : “Coba, tangan dipegang. Ibu saja. Setiap kaki dipegang oleh satu

orang. Tahan, jangan sampai bergerak. Operasi segera dimulai.

Satu ... dua ... ti ...” (

Mengayunkan parang ke perut

Otong

).

34 Otong

: (

Bangun, meronta-ronta

) “Dokter, operasi apaan?”

35 Dokter

: “Operasi istimewa. Bagaimana? Mau dioperasi? Atau, sudah sembuh?”

36 Otong

: “Jangan dioperasi, Dokter. Saya sudah sembuh.”

37 Dokter

: “Tidak malas lagi?”

38 Otong

: “Tidak, Dokter.”

Djago Tarigan,

Pendidikan Bahasa Indonesia

(dengan perubahan)

C. Membaca

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat mendeskripsikan relevansi hikayat dengan

kehidupan sekarang

Relevansi Hikayat dengan Kehidupan Sekarang

Hikayat adalah karya sastra lama. Sudah tentu hikayat mencerminkan masyarakat lama.

Bagaimana hubungannya dengan masyarakat sekarang? Dengan mengikuti uji kompetensi

berikut, Anda dapat menarik relevansi yang dimaksud.

Uji Kompetensi 17.3

1. Masih ingat penggalan Hikayat Bahtiar pada pelajaran terdahulu? Pada penggalan itu

dikisahkan baginda dan permaisuri meninggalkan anak kandungnya di padang yang luas.

Selanjutnya, mereka pergi tanpa tujuan. Bagaimana kelanjutan ceritanya, ikutilah penggalan

berikut!

Nonton Drama

209

Alkisah maka tersebutlah perkataan baginda tatkala ia membuangkan dirinya

itu. Berapa lamanya berjalan itu, maka baginda pun sampailah kepada sebuah negeri

yang amat besar kerajaannya. Maka baginda pun duduklah di luar kota negeri itu.

Syahdan maka adalah raja didalam negeri itu telah kembalilah ke rahmatulllah.

Maka ia pun tiada beranak. Seorang jua pun tiada. Maka segala menteri dan

hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya-kaya dan rakyat sekaliannya

berhimpunlah dengan musyawarat mufakat sekaliannya akan membicarakan siapa

jua yang patut dijadikan raja menggantikan raja yang telah kembali ke rahmatullah

itu. Maka di dalam antara menteri yang banyak itu ada seorang menteri yang tua

daripada menteri yang banyak itu.

Maka ia pun berkata, “Adapun hamba ini tua daripada tuan hamba sekalian.

Jikalau ada gerangan bicara mengapa segala saudaraku ini hendak berkata?”

Maka segala menteri dan hulubalang itu pun tersenyum seraya katanya, “Jika

sungguh tuan hamba bersaudarakan hamba sekalian ini dengan tulus dan ikhlas

hendaklah tuan hamba katakan, jika apa sekali pun.”

Setelah itu maka menteri tua itu pun berkatalah katanya, “Bahwasanya hamba

ini ada mendengar tatakala hamba lagi kecil dahulu, perkataan marhum yang tua

itu. Maka sabdanya, marhum itu, “Adapun akan negeriku ini, jikalau tiada lagi rajanya

maka hendaklah dilepaskan gajah kesaktian itu. Barangsiapa ia berkenan kepadanya

ia itulah rajakan olehmu supaya sentosa di dalam negeri ini.”

Setelah didengar oleh sekalian menteri dan hulubalang itu akan kata menteri

itu maka sekaliannya pun berkenanlah di dalam hatinya itu.

Hatta maka pada ketika yang baik maka gajah kesaktian pun dikeluarkan

oranglah dengan alatnya. Setelah sudah maka segala menteri dan hulubalang dan

rakyat sekalian pun segeralah mengiringkan gajah itu dengan alat kerajaan daripada

payung ubur-ubur

1

dan hamparan

2

daripada suf sakalat sainalbanat

3

di atas gajah

itu. Setalah itu maka seketika itu juga sampailah ia kepada tempat baginda dua

suami istri itu.

Kalakian maka baginda pun terkejut seraya menetapkan dirinya. Maka gajah

itu pun segeralah datang menundukkan kepalanya seolah-olah orang sujud rupanya

kepada baginda itu. Maka segala menteri dan hulubalang dan rakyat itu pun bertelut

menjunjung duli seraya berdatang sembah, “Ya Tuanku Syah Alam, patik sekalian

memohonkan ampun beribu-ribu ampun ke bawah duli Syah Alam yang mahamulia.

Adapun patik sekalian ini telah menyerahkan diri patik dan negeri ini pun patik

serahkan ke bawah Syah Alam.”

Setelah baginda mendengar demikian sembah sekalian mereka itu maka

baginda pun terlalulah suka citanya seraya titahnya, “Hai sekalian tuan-tuan, apa

mulanya maka demikian halnya, tuan-tuan ini?”

Maka sembah segala menteri dan hulubalang itu, “Ya, Tuanku Syah Alam,

adapun negeri patik ini telah tiadalah rajanya, telah sudah kembali ke rahmatullah

ta’ala.” Maka dipersembahkannyalah daripada permulaannya datang kepada

kesudahannya itu.

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

210

Syahdan maka baginda pun terlalulah suka cita hatinya mendengar sembah

sekalian menteri dan hulubalang itu. Maka seketika lagi baginda pun menceritakan

hal-ihwalnya pergi membuangkan dirinya itu. Setelah segala menteri dan hulubalang

dan rakyat sekaliannya mendengar cerita baginda itu maka mereka itu pun terlalulah

suka cita hatinya maka katanya, “Raja besar juga rupanya duli baginda ini.”

Dari M.G. Emeis, “Hikayat Bahtiar”

Bunga Rampai Melaju Kuno

1

payung seperti ubur-ubur

2

permadani

3

sebangsa kain yang bagus

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan hikayat tersebut!

a. Sampai di negeri manakah baginda bersama istrinya membuangkan diri?

b. Bagaimana situasi dan kondisi negeri tempat ia membuangkan diri?

c. Bagaimana cara mencari pengganti baginda seandainya tidak mempunyai putera

mahkota? Adakah cara serupa itu dilakukan di negera-negara modern dewasa ini?

d. ...

baginda pun terlalulah suka cita hatinya mendengar sembah sekalian menteri dan

hulubalang itu

. Mengapa baginda bersuka cita?

e. Bagaimana perasan menteri, hulubalang, dan rakyat atas kesediaan baginda memerintah

negeri itu?

D. Menulis

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menulis menulis drama pendek

berdasarkan cerpen atau novel.

Menulis Drama Berdasarkan Cerpen

Menulis drama berdasarkan cerpen tidak terlalu sulit. Permulaan yang dilakukan adalah

memahami jalan ceritanya, pelaku-pelakunya, watak-wataknya, konflik-konfliknya, dan

membayangkan bagaimana seandainya naskah itu dipentaskan.

Secara visual naskah drama tampak khas. Berturut-turut tampak judul, nama pengarang

drama, para pelaku (

dramatic personae

), dan keterangan tentang

setting

, tanda titik dua (:),

dan ujaran. Walaupun petikan langsung, ujaran umumnya tidak diapit tanda petik.

Nonton Drama

211

Operasi Sukses

Para Pelaku: Otong, Bapak, Ibu, Ucin, Dokter

Empat orang masuk arena pertunjukan. Satu orang anak yang sakit

di atas tempat tidur digotong oleh dua orang. Satu orang lagi sebagai

ibunya.

01

Otong

:

(

mengerang

) Aduh ... hemm .... hemm ....

02

Bapak

:

Sudah! Sudah!

Turunkan di sini! (

tempat tidur

diturunkan

)

Uji Kompetensi 17.4

Ubahlah naskah penggalan cerita berikut ke dalam bentuk naskah drama!

Suasana hening. Anas tunduk. Hasan menggigit-gigit tangkai pena. Melihat Hadi masuk,

Anas segera menyambutnya, seolah ada sesuatu yang harus disampaikan. Akan tetapi,

melihat muka Hadi merah, niatnya diurungkan. Hasan meletakkan tangkai pena. Menyapu

rambut lalu melihat tajam ke arah Hadi. Dengan marah Hadi melemparkan tas ke atas meja

catur. Anak catur berhamburan. Anas tenang saja. Hasan tercengang, bangkit dari kursi mau

mengumpulkan anak catur, tapi tidak jadi. Tiba-tiba terdengar suara Hadi mengguntur.

Penghianat! Penghianat!

Anas kaget. Hadi membentak-bentak, menunjuk-nunjuk. Anas mundur beberapa langkah.

– Penghianat! Kau ngadu sama Pak Yoso? Kamu ngadu?

Anas tercengang. Bibirnya gemetar. Ia mau membantah, tapi tidak ada keluar kata-kata.

– Kau kira aku takut diusir dari asrama ini? Kamu kira aku ini takut? Begitu? Aku tidak

takut! Tidak takut! Dan syiiiiit. Tangannya melayang menampar muka Anas. Tetapi Anas

mengelak. Tamparan hanya mengenai kacamata hingga jatuh ke lantai.

– Pigi! Pigilah ngadu! Aku tidak takut! Tidak takut diusir dari sini! bentak-bentak Hadi.

Hasan melengos menyembunyikan senyum gembira. Anas memungut kacamata. Dan ketika

melihat kacanya rengat sebelah, hatinya panas. Ia lupa bahwa Hadi lebih besar dan kuat.

Hadi diserangnya, tapi ketika itu terdengar suara seorang laki-laki.

– Ada apa ribut-ribut? Ada apa? Ada apa?

Anas menoleh. Pak Yoso di ambang pintu. Ia memandangi wajah mereka satu per satu.

– Ada apa? Pak Yoso mengulangi pertanyaannya. Ada apa?

– Hai, Hadi. Ada apa ribut? Kenapa membentak-bentak? Siapa yang kau bentak? Ayo

jawab!

Hadi tidak segera menjawab. Suasana mencekam.

A.K. Mihardja,

Bentrokan Dalam Asrama

Ujaran; alur cerita

Nomor

dialog

Pelaku

Ujaran; kadang-kadang terdapat

stage direction

(keterangan laku)

Titik

dua

Setting

Judul

Pelaku

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

212

E. Ada Apa dalam Sastra Kita

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menggunakan komponen teks drama untuk

menelaah karya drama

Menelaah Komponen Teks Drama

Menelaah drama berarti menganalisis komponen-komponennya.

Uji Kompetensi 17.5

1. Perhatikan awal dan akhir babak pertama dan kedua

Kejahatan Membalas Dendam

berikut!

KEJAHATAN MEMBALAS DENDAM

Sandiwara dalam empat babak

PARA PELAKU

1

. ISHAK

Pengarang muda

2. SATILAWATI

Tunangannya

3. KARTILI

Dokter, teman ISHAK

4. ASMADIPUTERA

Meester in de Rechten, teman ISHAK

5. PEREMPUAN TUA

Nenek SATILAWATI

6. SUKSORO

Pengarang kolot, ayah SATILAWATI

Babak Pertama

Tonil merupakan sebuah jalan yang sepi di Jakarta. Di sebelah kanan agak ke

muka sebuah lentera gas, menerangi jalan itu sedikit. Jika layar dibuka.

Adegan 1

Seorang polisi agen mondar-mandir, lalu pergi.

Adegan 2

Sudah itu muncul dari kanan seorang perempuan muda, melihat ke sana kemari.

Adegan 3

Dari sebelah kiri masuk seorang laki-laki. Orang-orang dalam babak ini berbicara

seperti ketakutan, tidak lepas suaranya.

Nonton Drama

213

○○○○○○○○○

ISHAK. Tepat betul datangmu. Pukul sepuluh. Hari Selasa.

SATILAWATI. (

terkejut

) Aku kira engkau tidak akan datang.

.............................................................................................................................................................

Adegan 8

.............................................................................................................................................................

PEREMPUAN TUA. (

marah berdiri

) Jangan engkau pula memaksa aku, Suksoro.

Aku akan merusakkan cucuku seperti berpuluh-puluh gadis yang telah engkau

rusakkan? Tidak, sekali ini akan kuselidiki dulu, dan jika dapat sekali ini aku hendak

membangunkan, ya, membangunkan (

menjinjing koper kecil itu, lalu berjalan tergesa-

gesa ke kanan diikuti Suksoro

).

LAYAR DITUTUP

Babak Kedua

Di halaman muka rumah Suksoro. Di sekeliling pohon kecil beberapa kursi kebun

dengan mejanya. Di atas meja dua buah mangkuk berisi kopi. Perempuan tua sedang

bercakap-cakap. Waktu sore.

Adegan 1

.............................................................................................................................................................

Dari Idrus,

Kejahatan Membalas Dendam

2. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan kutipan drama tersebut!

a. Terjadi dari berapa babakkah drama Kjejahatan Membalas Dendam karya Idrus itu?

b. Berapa orang pelakukah yang diperlukan jika drama tersebut dipentaskan?

c. Berapa adegankah babak pertama dan babak kedua?

d. Apa yang menandai pergantian babak itu?

e. Apa pula yang menandai pergantian adegan itu?

Rangkuman

1. Kesesuaian dialog dalam pertunjukan drama tergantung pada kepiawaian penulis

naskah dan pemain. Jika piawai, dialog dan aktingnya tentu sesuai dengan sifat

dan watak tokoh yang diperankan.

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

214

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

2. Untuk mementaskan drama, harus ada naskah, sutradara, pemain, dan penonton.

Memilih naskah dan pemain serta melatih pemain adalah tugas sutradara. Pemain

yang baik bukan sekedar berpura-pura, tetapi benar-benar menghayati perannya.

Untuk itu, pemain harus (1) latihan

dialog

, (2) latihan

akting

dan

blocking

, dan

(3) latihan

properti

., dan lain-lain.

3. Hikayat merupakan karya sastra lama, bahkan mencerminkan masyarakat lama.

Walaupun begitu, bukan berarti tidak memiliki relevansi dengan kehidupan sekarang.

4. Naskah drama merupakan kisah sebelum dipentaskan. Secara visual naskah drama

tampak khas. Ada tampak judul, nama pengarang, pelaku (

dramatic personae

),

keterangan

setting

, tanda titik dua (:), dan ujaran yang umumnya tidak diapit tanda

petik.

5. Drama merupakan gabungan seni sastra dan seni pentas. Sebagai seni sastra,

drama adalah karya perseorangan yang hanya dapat dibaca. Sebagai seni pentas,

drama adalah pertunjukan, produk kolektif, tidak dapat dibaca, tetapi ditonton. Unsur

intrinsik cerpen dan novel terdapat juga pada drama, hanya saja dituangkan dalam

dialog (

wawancang

). Keterangan laku (

kramagung

) diperlukan sebagai pendukung

dialog. Adanya pembagian plot menjadi lima bagian (perkenalan, komplikasi,

klimaks, peleraian, dan penyelesaian) menyebabkan anggapan keliru bahwa drama

harus disusun dalam lima babak. Dalam satu babak pun plot bisa terjalin.

Evaluasi

1. Jelaskan latar dalam penggalan drama Domba-domba Revolusi berikut!

Politikus

: Mana itu opsir?

Pedagang

: S

iapa, Pak?

Politikus

: Opsir yang dulu mengantar aku kemari. Akan kuperintahkan ia untuk

menutup losmen ini.

Petualang

: T

api, Pak, bukankah losmen ini sudah lama ditutup untuk umum?

Politikus

: Persetan! Maksudku, losmen

ini kuperintahkan untuk disita guna

kepentingan perjuangan. Biar dipakai asrama!

2. Bagaimana watak Sapari pada teks berikut? Dari mana Anda tahu perwatakannya?

Perempuan 1 : Apakah

Den Sapari ada di rumah?

Perempuan 2 : O, Ada

apa, Mbok?

Perempuan 1 : Den Sapari.

Perempuan 2 : O, s

edang di dalam. Ada apa sih?

Perempuan 1 : B

elanja atau tidak?

Perempuan 2 : O, saya t

idak tahu. Tunggulah saja sebentar. Mas, tukang sayur!

Lelaki

: Suruh t

unggu, Lis!

Nonton Drama

215

Perempuan 2 : Apakah s

elama ini Mas Sapari yang belanja?

Perempuan 1 : Iya, s

ejak pembantunya pulang, semua diberesi Den Sapari.

Perempuan 2 : O,

begitu. Apakah Mas Sapari sendiri yang masak?

Perempuan 1 : Saya

dengar demikian. Kata tetangga, Den Sapari mahir masak.

3. Bacalah penggalan berikut!

“Jikalau kiranya saudaraku ini kubiarkan menjadi raja, bahwasanya aku ini tiadalah

menjadi raja selama-lamanya. Maka baiklah aku menyuruh memanggil segala perdana

menteri dan hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya-kaya sekaliannya.”

Setelah berhimpunlah segala menteri dan hulubalang, rakyat hina dina sekaliannya,

maka baginda pun bertitah, “Hai segala menteri dan hulubalang dan orang besar-besar dan

orang kaya-kaya dan tuan-tuan sekaliannya, pada bicaraku ini jikalau kakanda selama-

lamanya menjadi raja di dalam negeri ini bahwa aku pun tiadalah menjadi raja selama-

lamanya, melainkan marilah kita langgar dan kita keluarkan akan kakanda supaya negeri

ini terserah kepadaku.

M.G. Emeis, “Hikayat Bahtiar”

Bunga Rampai Melaju Kuno

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan teks di atas!

a. Nilai-nilai manakah yang dijunjung oleh masyarakat dalam hikayat tersebut?

b. Apa maksud “saudaranya” mengundang

segala menteri dan hulubalang dan orang besar-

besar dan orang kaya-kaya dan tuan-tuan sekaliannya

?

4. Bacalah penggalan Babak Dua drama

Aduh

karya Putu Wijaya berikut!

Mayat itu masih di tempatnya semula. Kelompok itu menunggunya dengan setia tapi

tak bisa berbuat apa-apa. Kegelapan di tempat itu berangsur-angsur memecah karena

cahaya bintang-bintang. Yang kesurupan menggeletak dekat mayat menggumam. Yang

simpati menangis dalam gelap. Kelompok orang-orang itu berjongkok di kejauhan dengan

sepi. Mereka pun kehilangan kepercayaan.

SALAH SEORANG : Baunya tak tahan lagi. Aku mau muntah.

SALAH SEORANG : Ada yang punya balsem sedikit?

SALAH SEORANG : Ada bawa balsem?

SALAH SEORANG : He, di situ biasanya nyimpan balsem.

SALAH SEORANG : Tadi sudah habis. Minta dia saja.

SALAH SEORANG : Ayo, balsem saja pelit. Besok kubelikan satu losin.

Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan teks di atas!

a. Berapakah jumlah pelaku dalam adegan di atas? Siapa sajakah mereka itu?

b. Apakah manfaat pernyataan yang dicetak dengan huruf miring di bawah Babak Dua?

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

216

Refleksi

Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban

Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat

keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.

Tabel Penguasaan Materi

Skor

Tingkat Penguasaan Materi

85 – 100

Baik sekali

70 – 84

Baik

60 – 69

Cukup

< 60

Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang

berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi

pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.